Monday, September 1, 2008

Bersama Rm. David M. Kammler OP, Menyaksikan Keagungan SEMANA SANTA di Larantuka-Flores


Fr. David M. Kammler OP adalah Pemimpin tertinggi Dominikan Awam sedunia saat ini, yang kini beranggota +/- 150.000 orang. Perjumpaan pertama dengan Fr. David terjadi bulan Mei 2007, pada pertemuan pimpinan DSI (Dominican Sisters International) di Roma. Pada kesempatan itu saya informasikan kepada beliau bahwa setiap Jumad Agung, di Larantuka diselenggarakan prosesi Jumad Agung yang khas, berlangsung sampai pagi Sabtu Suci. Tradisi ini diajarkan para Misioner Dominikan kepada penduduk Larantuka kira-kira 500 tahun yang lalu.

Ternyata pada Pekan Suci tahun ini, kesempatan istimewa menghantar Fr David M. Kammler OP ke Larantuka. Menyaksikan langsung keagungan prosesi Semana Santa. Keberangkatan naik Merpati dari Jakarta ke Maumere hari Rabu Trewa tanggal 19 Maret lalu, berlangsung amat menyenangkan. Namun selanjutnya, perjalanan menuju Larantuka melalui darat membuat hati dan badan menjadi tegang karena jalan yang berliku dan pengemudi yang begitu trampil melarikan kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi, membuat kami mabuk perjalanan. Syukurlah, setelah hampir 4 jam perjalanan, akhirnya kami tiba dengan selamat di biara Susteran OP di Larantuka.

SEKELUMIT SEJARAH MISI KATOLIK LARANTUKA
( Seperti tertulis dibuku panduan Semana Santa Paroki Katedral Reinha Rosari 2008. )

Kehadiran Gereja Katolik di pulau Timor dan Solor diperkirakan terjadi sekitar tahun 1520 an, tatkala kapal-kapal dagang Portugis selalu tiba tiap tahunnya dari dan ke Malaka untuk perdagangan kayu Cendana. Dari catatan sejarah diketahui bahwa seorang saudagar Portugis bernama Jese Soares telah mempermandikan 200 orang di Lewonama, sebuah kampung di ujung Timur pulau Flores, tidak terlalu jauh dari Larantuka. Kemudian seorang imam Dominikan P. Antonio de Taveria, OP sebagai pastor kapal Portugis telah mempermandikan sekitar 5000 orang di pulau Timor. Selain itu, ketika kapal yang ditumpanginya menyinggahi Lohayong di Pulau Solor dan Larantuka di Pulau Flores, beliau mendapati banyak orang katolik disana dan berkesempatan memperman-dikan banyak orang. Setelah kembali ke Malaka, pastor Antonio melaporkan hal itu kepada Uskup Malaka: Mgr. Jorge da Santa Lucia, OP dan segera Uskup mengirim 3 Misionaris Dominikan ke Solor. Hal itu terjadi tahun 1561. Oleh karenanya, tahun ini ditetapkan sebagai tahun resmi awal karya Misi Katolik di kawasan ini.

Gereja di zaman misi Dominikan mulanya berpusat di Lohayong, Solor sehingga disebut Misi Solor. Konflik dan pertentangan baik dengan penduduk pribumi maupun dari pihak lain terutama dari pihak Belanda sangat mempengaruhi perjalanan panjang sejarah Misi Solor karena telah menelan korban tak ternilai harganya baik jiwa maupun harta benda. Banyak misionaris Purtugis yang gugur sebagai martir. Tak terhitung berapa banyak umat Katolik yang menjadi korban. Pengepungan dan penyerangan yang terjadi berulang kali terhadap basis-basis misi Solor, terutama pusatnya di Lohayong – Solor menyebabkan Pusat Misi Solor harus dipindahkan ke Larantuka pada tahun 1636.
Kedudukan Larantuka sebagai pusat Misi dipandang lebih cocok sehingga ketika Belanda memduduki Malaka dan mengusir Portugis dari sana pada tahun 1641, hampir seluruh kekayaan Portugis di Malakan diungsikan ke Larantuka, termasuk segala kekayaan peralatan ibadat Katolik. Lebih meyakinkan adalah ketika pada tahun 1646 saat diper-mandikannya Raja Larantuka Don Constantinho DVG (Raja Ola Adobala) yang oleh seluruh penduduk diakui sebagai pemimpin rakyat sekaligus sebagai Pemimpin Agama.

Setelah enampuluh tahun lamanya Larantuka menjadi pusat Misi, maka pada tahun 1702 Lifao di pulau Timor dipilih menjadi pusat Misi Timor dan Solor. Dan akhirnya pada tahun 1769 dipindahkan ke Dili – Timor. Dengan kepindahan pusat Misi ke Lifao, kemudian ke Dili, maka kunjungan imam-imam Misonaris untuk pelayanan umat ke wilayah Larantuka ini sangat jarang terjadi. Bahkan sejak tahun 1800 umat Katolik disini tidak pernah dikunjungi oleh Imam. Akibatnya, banyak umat Katolik kembali kepada agama asli mereka dan melaksanakan praktek kehidupan yang bertentangan dengan ajaran Katolik.

Meskipun demikian, masih terdapat banyak umat Katolik yang tetap bertahan dengan kebiasaan-kebiasaan hidup rohani berkat adanya Serikat Confreria, sebuah Serikat Persaudaraan bapak-bapak yang dibentuk oleh Pastor Dominikan di abad ke XVII.

Kebiasaan merayakan Liturgi secara meriah, kebiasaan mengadakan perarakan-perarakan dengan lagu-lagu yang mengharukan, kebiasaan menghormati Bunda Maria dengan berdoa Rosario, kebiasaan menghormati orang-orang Kudus seperti: St. Yosef, St. Dominikus, St. fransiskus dan St. Antonius, semuanya sangat membangkitkan rasa keagamaan di hati umat. Kebiasaan ini tetap hidup dan terpelihara dan telah merupakan budaya umat Katolik di Larantuka.

Misionaris Dominikan lebih mengutamakan doa dan tapa yang dipusatkan pada masa Puasa dan puncaknya pada Perayaan Pekan Suci. Pada masa ini umat berkumpul di Gereja / Kapel / Tori, berdoa bersama dan melakukan tapa.

Tahun 1599 Semana Santa di Larantuka diselenggarakan secara lebih istimewa dengan ujud khusus agar terbebas dari bahaya yang mengancam umat selama 7 bulan. Sejak 12 Agustus 1598 Benteng Lohayong dikepung dan semua stasi yang merupakan basis umat Katolik Misi Solor diserang oleh musuh yang terdiri dari orang-orang Katolik murtad dan orang-orang kafir yang mengakibatkan banyak orang katolik termasuk Imam-imam terbunuh. Namun berkat doa dan tapa yang dilakukan selama masa puasa tahun 1599 dan atas bantuan tentara Purtugis dari Malaka, penyerangan-penyerangan pihak musuh dapat dipatahkan pada tanggal 24 Maret 1599. Sebagai ungkapan syukur sekaligus silih, maka Perayaan Pekan Suci tahun itu dirayakan sebih meriah dan istimewa dan untuk pertama kalinya Prosesi Jumad Agung di Larantuka diadakan.

CONFRERIA REINHA ROSARI LARANTUKA


Di wilayah Keuskupan Larantuka, terdapat sebuah Serikat Awam Katolik. Dalam buku Sejarah Gereja Katolik di Indonesia, Serikat Awam ini selengkapnya disebut Confreria Reinha Rosari tercatat sebagai Serikat Awam katolik tertua di Indonesia.
Serikat ini masih aktif sampai sekarang, terutama dalam berbagai kegiatan peribadatan devosional. Dalam Ensiklopedia Gereja jilid I hal. 209, oleh P. A. Heuken, SJ dicantum-kan bahwa Confreria Reinha Rosari Larantuka telah didirikan oleh paderi-paderi Ordo Dominikan pada tahun 1564. Pada tahun 1405, Bapa Paus Innocentius VII mengakui adanya Persaudaraan Pertapaan Santo Dominikus yang kemudian pada tahun 1484 mengubahnya menjadi Ordo ke – III dari Ordo Dominikan dengan tujuan agar gereja di tanah misi tidak tergantung kepada misionaris / imam saja. (Misionaris Portugis dan Spanyol) Inilah pemikiran awal terbentuknya Serikat Confreria dan merupakan motivasi dasar, mengapa dan untuk apa keberadaan serikat ini dalam Gereja. Confreria Reinha Rosari Larantuka sebagai Ordo ke III Dominikan telah terdaftar untuk selamanya pada Archiconfreria di Vatican – Roma sebagai salah satu Serikat Awam dalam Conggregatio de Propaganda Fide (yang dibentuk oleh Paus Gregorius XV tahun 1562).

Setelah Ordo Dominikan meninggalkan dan tidak berkarya lagi di Larantuka, Confreria Reinha Rosari Larantuka untuk selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada ordinaris wilayah keuskupan setempat (sekarang Uskup Larantuka)
Confreria Reinha Rosari Larantuka dalam pengabdiannya bertugas dan bertanggung jawab pula dalam hal pembinaan iman dan pengetahuan agama. Hal ini sangatlah nampak dan menonjol terutama di saat-saat Larantuka mengalami kekurangan bahkan ketiadaan Imam di masa lampau selama hampir seabad. Selain tugas-tugas tersebut, Confreria juga memelihara dan melaksanakan semua peribadatan devosional terutama Devosi Jumad Agung (Semana Santa) yang memang telah berakar dan membudaya bagi orang Larantuka. Confreria Reinha Rosari pada mulanya hanya terdapat di Larantuka, Wureh dan Konga. Kemudian diperluas pembentukannya di setiap stasi Misi / Paroki, terutama setelah Perang Dunia ke II. Oleh karena pembentukan iman umat maupun kehidupannya terjadi di tengah-tengah tradisi Portugis (masa lampau) maka hingga kini dalam kehidupan iman umat maupun dalam kehidupan Confreria serta dalam peribadatan devosi, masih ditemukan banyak tradisi Portugis masa lampau serta penggunaan bahasa Portugis walaupun sudah banyak termakan usia. (dikutip dari buku panduan Semana santa 2008 hal 12 sd hal. 13)

Pada hari Kamis Putih, kami berkunjung ke Waiklibang, kira-kira 1 jam perjalanan kearah timur Larantuka. Penduduknya masih sederhana. Disini ada Kelompok Doa Santo Dominikus yang beranggotakan ibu-ibu. Ada 25 anggota berkumpul sekali dalam se-minggu. Pada awalnya mereka mendoakan ujud doa masing-masing. Namun lama kelamaan, dengan banyak terkabulnya doa-doa mereka, permintaan doa berdatangan begitu banyak dari kerabat, tetangga dan umat lingkungan setempat, hingga kini hampir setiap hari mereka berkumpul untuk berdoa bersama. Kebersamaan mereka penuh dengan keakraban, kepolosan dan kesederhanaan yang menyadarkan kami akan kehadiran Kristus sendiri melalui mereka.

Pagi hari Jumat Agung, di tepi pantai Larantuka sudah banyak kapal-kapal dan sampan-sampan yang berkumpul, siap untuk mengikuti prosesi laut. Devosi dimulai di kapel Tuan Menino Sarotari pukul 11.00 dipimpin oleh seorang Romo dan para Confreria Reinha Rosari. Setelah upacara, prosesi menghantar Tuan Menino oleh Umat, dikawal permaisuri dan anak Raja, dibawa dengan perahu menuju ke Pantai Kuce di Pohon Sirih. Diiringi perahu-perahu besar maupun kecil yang membawa para pejiarah mengikuti prosesi laut. Pukul 13.00 dilakukan juga prosesi menghantar Salib Mesias Anak Allah dari Tori Mesias Anak Allah ke Armida Balela. Pukul 14.00 diberangkatkan pula Prosesi menghantar Tuan Ma dari kapel Tuan Ma, dan Tuan Ana dari kapel Tuan Ana, ke Gereja Katedral Reinha Rosari oleh para Confreria dan Umat. Dan Ibadat Jumad Agung pun di mulai tepat pukul 15.00 wita. Dilanjutkan dengan upacara cium salib dan pembagian komuni. Setelah seluruh rangkaian Ibadat Jumad Agung selesai, dilakukan dahulu Lamentasi Jumad Agung berisikan doa-doa ratapan yang berlangsung kira-kira 1 jam. barulah dipersiapkan prosesi Semana Santa yang dimulai dan diakhiri di Katedral.

Prosesi Semana Santa yang dilaksanakan tiap Jumat Agung ini berlangsung dengan sangat tertib, membuat Fr David sangat terkesan. Sungguh mengagumkan, bahwa walaupun begitu banyak (+/- hampir 10.000 pejiarah yang ikut), namun suasana hening tetap terjaga. Dengan tertib mereka berjalan dalam kelompok masing-masing dengan membawa lilin bernyala. Setelah beberapa kelompok berjalan, barulah Tuan Ma, Tuan Ana dan Tuan Missericordiae di tempatkan di tengah-tengah prosesi Umat, disusul dengan kelompok Umat Pejiarah lain. Sungguh pengalaman yang menyentuh hati, menyaksikan begitu banyak Umat Pejiarah yang seolah tiada habis-habisnya. Larut dalam kesedihan dan kepedihan bersama Bunda Maria, karena Yesus puteranya rela wafat disalib untuk menebus kita manusia. Di setiap Armida persinggahan, dilantunkan pula ratapan Bunda Maria yang begitu memilukan, sehingga umatpun larut dalam kesedihan dan meneteskan air mata. Tanpa terasa, prosesi yang berlangsung hingga dini hari pukul 02.30 ini pun selesai. Setiap tahun, apabila beliau tidak berhalangan, Bapa Uskup selalu mengikuti prosesi Semana Santa ini.



Sabtu Santo (Sabtu Suci) pagi, pukul 09.00 sebelum Fr. David M Kammler OP, mening-galkan Larantuka, sempat beraudiensi dengan Yang Mulia Bapa Uskup Larantuka, Frans Kopong Kung Pr. yang menyampaikan harapan agar semakin banyak putra dan putri Indonesia terpanggil dan tetap mempertahankan tradisi serta spiritualitas Dominikan di Indonesia, khususnya di Larantuka, baik sebagai Biarawan, Biarawati maupun Awam.

Demikianlah sekelumit pengalaman kunjungan Fr. David M. Kammler OP, Promotor Jendral Dominikan Awam di Indonesia, dalam rangka tugas kunjungannya ke berbagai negara: India, Pakistan, Singapura, Philipina, Vietnam, juga ke negara-negara di Afrika dan Amerika Serikat.

Ditulis oleh:
Sr. M. Elisabeth OP
Biara Pusat Suster St. Dominikus di Indonesia
Jl. Pejaten Raya No. 1 (STRADA) Kel Jatipadang, RT. 007 / 010
Jakarta, 12540. – Telp. 021-7807271, Fax. 021-78838644.

DOMINIKAN AWAM


SIAPAKAH MEREKA ?

Dominikan Awam (dulu di kenal sebagai Ordo ke-tiga Dominikan) adalah kumpulan umat beriman, yang berpartisipasi dalam hidup kerohanian dan kerasulan Ordo Pewarta, dibawah bimbingan Persau-daraan Dominikan dan sesuai Anggaran Dasar yang telah disetujui Gereja. Tujuan hidup mereka adalah kesempurnaan hidup Kristiani.

Beranggotakan pria maupun wanita awam, lajang atau menikah yang hidup sebagai pertanda dunia. Panggilan hidup mereka terutama sebagai anggota ordo religius yang berwawasan universal. – (J. Rubba OP, Ordo ke tiga Santo Dominikus).

Dominikan Awam yang sekarang ada ini diresmikan pada tahun 1285 oleh Munio de Zamora, Master Jendral Ordo yang ke 7. Namun sebenarnya telah berdiri abad ke 12. Sejak berdiri, Ordo Pewarta banyak menjalin kerjasama dengan kaum awam. Mewujudkan tujuan spiritual serta kepentingan-kepentingan Gereja lain, bahkan juga berpartisipasi dalam hal-hal kerasulan. Awalnya dipakai beberapa istilah seperti ‘penitens’ atau ‘ke-tiga’. Mereka memang ada, dan terkait Ordo Dominikan. Bekerjasama erat dengan cabang-cabang lain dalam Keluarga Dominikan, mereka selalu membawa misi-misi khusus.


KETERLIBATANNYA DENGAN DUNIA MASA KINI

Kehadiran Dominikan Awam terutama membawa ciri keduniawian awam itu sendiri, juga aspirasi mereka dalam mencapai kesempurnaan Kristi-ani, melalui partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kerasulan Gereja bersama Ordo Dominikan.

Konsili Vatikan II menyatakan bahwa seluruh umat Kristiani terpanggil untuk menjadi sempurna. “Semua kaum beriman, dipanggil Tuhan dengan cara masing-masing, untuk mencapai kesucian sempurna seperti halnya Bapa, yang sempurna adanya. Apapun kondisi dan situasinya.” (dok. Gereja, No. 11)

Sesuai rencana indah, agar semua menjadi orang suci. “ Program hidup keagamaan awam adalah meningkatkan kualitas pribadinya, baik sebagai orang yang berkeluarga maupun kaum lajang serta janda / duda. Berdasarkan kesehatan, profesionalisme, serta aktivitas sosial mereka. Tiada henti meningkatkan kualitas hidup, kesungguhan serta bakat-bakat yang dianugerahkan. Seharusnya ia memanfaatkan semua karunia Roh Kudus itu. Terlebih lagi bila kaum awam mau bergabung dengan salah satu asosiasi atau badan yang direstui Gereja demi menjawab panggilan,. Mereka akan mengadopsi ciri-ciri khas kehidupan spiritual yang sesuai badan Gereja yang mereka anut.” ( kerasulan awam no.4 )

Semua anggota Gereja, termasuk awam, dipanggil aktif berpartisipasi dalam semua kegiatan kerasulan. Semua kegiatan kerasulan dalam tubuh mistik Kristus / gereja, yaitu menyebarkan kerajaan Allah disega-la tempat, menyelamatkan jiwa-jiwa kembali kepangkuan Allah.

Keterkaitan sama terungkap pada sinode 1987 di Roma yang membicarakan: “Panggilan dan misi Awam setelah 20 tahun Konsili Vatikan II”

Tujuan menyucikan umat melalui partisipasi kerasulan menggereja, paling baik dicapai bila awam membentuk wadah khusus. Dapat dirumuskan sebagai “Wadah, dimana anggotanya tergerak untuk hidup merasul, berjuang menjadi Kristiani sempurna, dan hidup dalam kenyataan dunia. “


BEBERAPA CONTOH ISTIMEWA

Menjadi anggota Dominikan Awam ibarat belajar mencapai kesempur-naan hidup, bahkan mencapai kesucian. Banyak orang dari berbagai bangsa dan berbagai macam cara hidup telah membuktikan. Diantaranya, yang dapat disebut adalah :

. St. Katarina dari Siena ( + 1380 )
. St. Rosa de Lima ( + 1617 )
. Bl. Bartolomeo Longo ( + 1926 )
. Beatrice dari Florence ( putri Giotto )
. G. Picco della Mirandola ( + 1494, wakil Florentine Renaissance )
. Louise de Borja ( + 1560, adik St. Francis de Borja, SJ. )
. Margaret dari Cashel (+1647), Nora Burke (+1653) & Nora Magaen (+1653), martir- martir dari Irlandia.
. John James Olier ( +1657, pendiri seminari Sulpician di Paris )
. Emmanuel Belgrano (+1820, pahlawan kemerdekaan Argentina )
. Frederic Ozanan (+1853, Penulis Perancis, juga salah satu pendiri dari Konferensi St Vincent de Paul )
. Donoso Cortes (+1853, Diplomat spanyol, penulis dan ahli filosofi )
. Sophia Carlota (+1897, istri bangsawan Alencon, wanita peraih Nobel dari Jerman )
. Ernest Psicari (+1914, penulis Perancis )
. Piero Frassati (+1926, mahasiswa Universitas Italy, sedang dalam proses Beatifikasi )
. Praxedes Fernandes (+1935, juga dalam proses Beatifikasi )
. Walthere Dewe (+1944, patriot pertama “Belgian Resistance” )
. Sigfrid Undset (+1949, peraih Nobel Literatur 1928 dari Norwegia )
. Wilhelm Cuno (+1933, Perdana Menteri Reichin th. 1922-23 )
. Eric Gill (+1940, penulis dan pemahat, pendiri Komunitas Ditchling)
. Aldo Moro (+1978, politikus Itali, beberapa kali Perdana Menteri )
. Giorgio La Pira (+1978, politikus & Walikota Florence, calon Beato)
. The Marquis of Lozoya (+1980, kritikus seni & sejarawan Spanyol),
Juga banyak Imam, uskup-uskup dan Bp. Paus Benediktus XV (+1922)
Serta Bp. Paus Pius XII (+1958).

Dominikan Awam di Timur Jauh sudah berusia 400 tahun. Pendiri Provinsial Rosario Suci juga membantu mendirikan Ordo ke tiga di Filipina dan beberapa negara lain (Jepang, Cina, Vietnam). Dan seperti di tempat-tempat lain, para Dominikan Awam ini bekerjasama erat dalam karya Ordo. Bekerjasama para Imam Dominikan dalam pewar-taan injil bahkan dalam ke martiran. Beberapa anggota Dominikan Awam yang dapat dicontohkan adalah:

St. Marina dari Omura (+1634) dan St. Magdalena dari Nagasaki (+1634) martir-martir yang baru-baru ini di Kanonisasi (1987), juga Bl. John Tomaki (+1628) yang meninggal dalam iman di Jepang dan di Beatifikasi bersama anak-anaknya: Dominikus (16th), Mikhael (13th), Thomas (10th) dan Paul (7th).

12 martir dari Vietnam yang di Kanonisasi tahun 1988 juga termasuk anggota-anggota Dominikan Awam. Yang terkenal diantara mereka adalah ayah dan anak peraih Nobel: St.Dominic An Kham dan St.Luke Cai Thin (+1859), dokter umum St. Joseph Cahn (+1838), seorang katekis St. Koseph Uyen (+1838), dan penjahit yang rendah hati St. Thomas De (+1839).

Penulis surat dan martir Peter Ching (+1646), penulis surat mandarin dan martir Joachim Ko (+1646) dan Theresa Kue (+1781) juga termasuk diantara anggota Dominikan Awam yang terkenal di Cina.

Maria de Jesus (+1648), Sebastiana de Sta Maria (+1692), Antonia Esguerra (+1700), Don Juan de Escano (+1710, Laksamana AL Philipina), Don Juan Infante de Sotomayor (+1777), Rita Quijano (+1781, janda bangsawan Inggris di Montecastro), Maria Tadea de Medrano (+1785), dan Rosa de Sta Maria (+1792), mereka semua telah memberikan kemasyuran bagi Dominikan Awam di Philipina.

TANGGUNGJAWAB DAN MANFAAT

Yang diharapkan dari para Dominikan Awam tidaklah berlebihan; cukup apabila mereka pemeluk agama katolik praktis, saleh, bijaksana, rajin berdoa, pencinta liturgi, setia kepada gereja dan Bapa Paus, menyadari besarnya panggilan mereka dan berusaha menekuninya selama hidup.
Tentunya kesemua ini memerlukan tanggung jawab berupa pendalaman kitab Injil, moral yang tinggi, menghindari hal-hal keduniawian, sema-ngat pengorbanan diri dengan tujuan kesejahteraaan sesama manusia. ( J. Rubba OP, The third Order of St. Dominic.)

Tugas dan kewajiban dasar anggota Dominikan Awam dirumuskan secara tepat dalam Anggaran Dasar Baru No. 10. Walaupun masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam Buku Peraturan setempat. Seorang Domi-nikan Awam, harus menjaga semangat Ordo, bukan mengikatkan diri pada ketaatan baku terhadap Anggaran Dasar dan Peraturan, sehingga diartikan sebagai dosa apabila tidak menaatinya.

Beberapa manfaat menjadi anggota Dominikan Awam:

1. Berbagi dalam doa, silih dan perbuatan baik diantara semua anggota cabang keluarga Ordo Dominikan.

2. Berkembang dalam kesucian melalui cara hidup yang amat dianjurkan gereja dan telah terbukti efektif, karena sudah dijalani banyak pria dan wanita yang sekarang berada diantara para orang suci dan Santo – Santa.

3. Mengalami kesetiakawanan keluarga besar Ordo yang mendunia di dalam Gereja.


PERATURAN DOMINIKAN AWAM

Sejauh ini telah ada 4 Peraturan Dominikan Awam. Yang pertama diperkenalkan tahun 1285, diresmikan oleh Master Jenderal Munio de Zamora. Pertama kali ditemukan di General Chapter (pertemuan dunia Ordo) tahun 1484, yang memakai nama “Brothers and Sisters of Penance of St. Dominic” – Pertama kali ditemukan pada General Chapter 1481. Kemudian pada Chapter 1484, peraturan Munio ini mengalami perubahan sedikit. Kemudian disampaikan kepada Bapa Paus Innocentius VII untuk disetujui pada 26 Juni 1485. – Selama beberapa abad selanjutnya, peraturan ini dipakai juga oleh berbagai cabang lain Keluarga Dominikan, yang mempunyai bidang atau struktur yuridis tersendiri, misalnya Komunitas para Suster, Komunitas Wanita Dominikan Tanpa Kaul, dan sejak abad ke 18 oleh banyak Kongregasi Biarawati Dominikan.

Peraturan ke dua muncul, disesuaikan dengan hukum Kanonik tahun 1917, pada waktu Master Jenderal Louis Theissling. Disetujui pada tahun 1932 dengan judul “Rule of the Secular Third Order of St. Dominic” (istilah penance = silih ditiadakan). Namun tidak lama kemudian dirasa perlu adanya peraturan baru bagi Dominikan Awam. Paling tidak untuk menyesuaikan dengan konsili Vatikan ke II. Peratu-ran baru ini dikemukakan dan disetujui dalam General Chapter di River Forest (1968), disahkan pada tahun 1969 oleh Master jenderal Ordo saat itu: Aniceto Fernandez. Peraturan ini diberi judul “Rule of the Lay Fraternities of St Dominic.” (istilah Ordo ke Tiga dihilangkan)

Akhirnya, mempertimbangkan hukum Kanonik yang baru (1983) dan usulan-usulan kepada Konggres Dominikan Awam di Montreal (1985) sebuah Anggaran Dasar Dominikan Awam disiapkan dan disetujui oleh “Sacred Congregation for Religious and Secular Institutes (SCRIS)” pada tanggal 5 Januari 1987.

Pada Konggres Besar Keluarga Dominikan di Bologna (1982) dan di General Chapter di Roma (1983) juga pada Konggres Dominikan Awam di Montreal (1985) dinyataan bahwa “hampir dimanapun di Ordo, ada keinginan membentuk asosiasi baru kelompok Awam”. Akhirnya pada General Chapter di Avila (1986) diberi persetujuan organisasi untuk menyatukan kelompok-kelompok Awam baru tersebut sebagai kesatuan Dominikan Awam dan menjadi bagian Dominican Family. Mengharapkan bahwa fleksibilitas, kemerdekaan dan keluasan lingkup dapat menjangkau kaum muda. Namun berdasarkan Anggaran Dasar Konggres Montreal, proyek kerasulan yang berdasarkan aspirasi St Dominikus ini harus disetujui Provinsial wilayah masing-masing dimana kelompok baru Dominikan ini akan dibentuk.

Konggres Internasional Dominikan Awam bulan Maret 2007 di Buenos Aires menghasilkan beberapa resolusi, diantaranya mengenai:

I. Bidang Doa dan Pewartaan:
· Bagaimana menghidupkan kembali tradisi doa kontemplasi
· Bagaimana sebaiknya mewarta di jaman dan generasi masa kini
· Bagaimana menjadi Pewarta Dominikan

II. Bidang Study dan Pembinaan
· Penyusunan program pembinan tertulis yang sesuai dengan anggaran dasar Dominikan Awam
· Rekomendasi tentang bahan dasar untuk program pembinaan.

III. Bidang Kepengurusan: Anggaran Dasar dan Peraturan-peraturan
· Tentang identitas bagi Dominikan awam
· Tentang ‘Kaul’ atau ‘Janji Setia’ dan sebagainya.


HIDUP DALAM PERSAUDARAAN

1. Anggota Dominikan awam akan hidup dalam persaudaraan, sesuai semangat sabda bahagia yang selalu diungkapkan dalam perbuatan belas kasih. Ikut berpartisipasi dalam karya-karya sosial diantara anggota komunitas, terlebih bagi kaum miskin dan tertinggal, serta melalui doa untuk yang telah meninggal.

2. Para anggota akan bekerjasama sepenuh hati dalam kerasulan persaudaraan se Ordo, berpartisipasi aktif dalam hidup mengge-reja, dan siap bekerjasama dengan kelompok kerasulan lain.

3. Dalam mencapai pemenuhan panggilan kontemplatif dan kerasu-lan yang tak terpisahkan, kaum awam St. Dominikus akan ber-pedoman pada sumber-sumber berikut:

(a) Mendengarkan Sabda Tuhan dan membaca Injil, khususnya Perjanjian Baru;
(b)Berpartisipasi aktif dalam perayaan liturgi dan sedapat mungkin ikut merayakan Ekaristi setiap hari;
(c) Menerima sakramen Tobat secara teratur;
(d) Berkobar dalam semangat dan memberi silih sesuai Kitab Suci;
(e) Berdoa liturgis dalam kesatuan dengan Keluarga Dominikan, juga dalam doa pribadi, meditasi dan doa rosario;
(f) Tekun mempelajari kebenaran yang diwahyukan, dan mawas diri terus-menerus dalam terang iman, menghadapi persoalan-persoalan hidup aktual.
(g) Berdevosi kepada Perawan Maria, sesuai tradisi Ordo, seperti keteladanan Bapa Kita Santo Dominikus dan Santa Katarina;
(h) Mengadakan pertemuan-pertemuan periodik spiritualitas.

PEMBINAAN:
Tujuan pembinaan adalah membangun kedewasaan Iman sehingga mampu
menerima, merayakan dan mewartakan Sabda Tuhan. Memper-hatikan tujuan ini, setiap
Provinsi akan menentukan suatu program:
(a) Untuk pembinaan bertahap bagi anggota baru;
(b) Untuk pembinaan berkesinambungan para anggota, termasuk mereka-mereka yang
menganggap diri sudah hidup mandiri.

4. Program Pembinaan Dominikan Awam:

· Pembinaan Awal:
Ø Spiritualitas Dominikan
Ø Empat pilar kehidupan Dominikan: Doa, studi, pewartaan dan kebersamaan
Ø Kehidupan St Dominikus dan para kudus dalam ordo yang lain
Ø Anggaran dasar serta aturan lainnya.
Ø Simbol-simbol yang dipakai Dominikan
Ø Pembinaan kemanusiaan.

· Pembinaan Lanjut
Ø Sabda Tuhan serta refleksi ke Tuhanan
Ø Doa-doa liturgis
Ø Sejarah dan tradisi Ordo
Ø Dokumen-dokumen gereja dan Ordo yang aktual
Ø Pembelajaran tanda-tanda jaman.

5. Seorang Dominikan selalu siap menjadi pewarta Sabda Tuhan. Pewartaan ini merupakan penerapan fungsi kenabian yang didapat dari sakramen Baptis dan diteguhkan dengan sakramen Penguatan. Pewartaan Sabda Tuhan di dunia dewasa ini, terutama untuk membela nilai-nilai kemanusiaan, pengukuhan kesatuan umat Kristiani serta dialog, baik dengan non kristen maupun yang tak beragama. Inilah sebagian dari panggilan sebagai Dominikan.


MENJADI DOMINIKAN: Bagaimana Anda Menyadarinya?

Bagaimana Anda dapat menyadari bahwa Allah memanggil Anda sebagai Dominikan? – Tak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini. Namun ada beberapa pertanda yang menunjukkan panggilan Allah. Seseorang yang menerima Panggilan Allah akan mengalami:

Pertumbuhan Iman – Bila Anda menjadi lebih sadar akan penyertaan Tuhan dalam hidup Anda, mulai menghargai keberadaan Tuhan Yesus, Jalan hidup-Nya, Misi-Nya, Tubuh mistik atau Gereja-Nya, Tubuh dan Darah Yesus dalam Ekaristi, dan sakramen-sakramen-Nya

Berkembangnya Tujuan Hidup – Anda akan menjalin persahabatan dengan Yesus dan akan selalu berusaha lebih jauh melaksanakan misi-Nya menyelamatkan dunia, menyelamatkan umat manusia dan menyelamatkan jiwa-jiwa.

Keinginan Besar untuk Memberi – Anda memiliki keinginan besar untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

Keinginan Besar untuk Hidup dan Bekerja sebagai Dominikan – Anda mengalami keinginan mengetahui yang semakin mendalam, bagaimana cara mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan berkarya untuk Tuhan – menjadi Yesus bagi orang lain, mengumpulkan orang untuk bergabung dalam keluarga Allah, mewartakan Sabda Tuhan, dan selalu siap melayani orang lain.

Bertumbuhnya Keinginan Memimpin Sesama ke Jalan Kebenaran - Anda memperlihatkan jiwa kepemimpinan di sekolah, di lingkungan kerja, masyarakat atau di Gereja.

Kepekaan akan Kebutuhan Orang Lain Semakin Berkembang –Anda semakin menikmati kebersamaan dengan orang lain, dan makin menunjukkan perhatian yang besar terhadap mereka

Kesadaran bahwa Tuhan Punya Rencana Indah bagi Anda –Anda menyadari, ada sesuatu yang lebih utama untuk diperjuangkan dalam hidup dan Tuhan memanggil Anda menjadi bagian dari misteri-Nya yang mendalam ini.

KELUARGA DOMINIKAN

Ketika Dominikus de Guzman (1170-1221) mendirikan Ordo Pewarta, atau Dominikan pada awal abad ke 13, dunia sedang dalam keadaan kacau balau. Populasi pertanian di Eropa beralih menjadi pusat-pusat perkotaan, menimbulkan gelombang peruba-han yang mempengaruhi kehidupan termasuk perekonomian, kehidupan sosial, politik dan keagamaan. Perguruan Tinggi yang didirikan di pusat-pusat perkotaan baru ini menarik generasi muda dan juga perhatian Dominikus.

Pada tahun 1203, Dominikus mempersembahkan dirinya kepada perutusan baru, dimana disana dia dapat memimpin banyak orang menjadi pewarta. Ordo yang baru ini diberi nama Ordo Pewarta (Order of Preachers). Gaya pewartaan mereka memungkinkan mereka tetap berkarya. Kini, semakin banyak Dominikan menya-takan bahwa mereka mewarta dengan satu tangan memegang Ki-tab Injil sedangkan tangan lainnya memegang Surat Kabar. Dengan cara ini, tujuan pewartaan mereka adalah membawa Sabda Tuhan dalam dialog dengan kompleksitas dan tantangan dunia kita masa kini.

Keluarga Dominikan terdiri kelompok berikut: * statistik Thn 1992
* Imam dan Bruder Biarawan. 6.764
* Biarawati kontemplatif. 4.378
* Dominikan Awam. 111.000
* Persaudaraan Imam sekulir. 600
* Suster aktif dlm aneka kegiatan kerasulan. 36.000

Para Biarawan
Para Biarawan adalah Imam dan Bruder yang mengikrarkan kaul kemiskinan, kemurnian serta ketaatan. Imam dan Bruder ini hidup sederhana dalam semangat kharisma Santo Dominikus dengan berbagai pelayanan. Diantaranya: pelayanan di kampus, pengkhotbah, pelayanan di paroki, mengajar di berbagai sekolah dan universitas, administrasi pendidikan, pendidikan keagamaan, karya tulis, karya seni, pekerja sosial, pelayanan psikologi, kesehatan dan konsultasi keluarga. Setiap Imam atau Bruder mendapat panggilan sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Seorang bruder bukanlah yang tidak berpotensi sebagai Imam namun memang ia terpanggil sebagai Bruder. Sedangkan Imam membaktikan dirinya juga untuk memberikan sakramen-sakramen. Semua Bruder atau Imam melakukan pelayanan mengikuti jalan: doa, studi, pewartaan dan hidup bersama.

Biarawati Kontemplatif
Biarawati kontemplatif umumnya hidup di biara-biara tertutup. Hidup mereka diutamakan untuk berdoa, sesuai keteladanan San-to Dominikus ketika mendirikan komunitas kontemplatif ini. Biarawati ini mengucap kaul dan umumnya menetap dalam satu biara. Hidupnya diisi keheni-ngan yang diperlukan dalam menja-lani hidup kontemplatif dan doa yang terus menerus. Biarawati–biarawati ini ada juga yang menjadi penulis, pendoa misi, dan pelayanan kepada kaum miskin papa. Mereka juga melayani konsultasi spiritual dan biara mereka menjadi sumber kekuatan doa. Kebanyakan mereka hidup dari membuat hosti, baju-baju untuk perayaan Ekaristi dan berbagai perlengkapan liturgi lainnya. Misa serta doa-doa Ibadat Harian menjadi kerangka doa hidup keseharian mereka.

Para Suster Aktif

Suster adalah biarawati aktif, dan berkaul seluruhnya ada 180 kongregasi Suster OP yang berbeda. Dasar utama aktivitas mere-ka adalah kerasulan pewartaan dalam berbagai bentuk; mengajar, pekerja sosial, misionaris, membela kaum miskin, memperhatikan kesejahteraan lingkungan dsb. Suster-suster mendoakan Ibadat Harian, doa-doa lain dan memperhatikan studi dan hidup bersama dalam komunitas. Melalui kegiatan para biarawati ini, penghaya-tan spiritualitas dan kharisma Dominikan menjadi semakin luas.

Dominikan Awam
Dominikan Awam berperan langsung dalam pewartaan. Banyak yang bergerak dalam pelayanan peradilan dan sepenuhnya melak-sanakan panggilan Santo Dominikus untuk berkontemplasi dan aktif dengan berbagai kegiatan kerasulan seperti pelayanan pada kaum miskin, pelayanan liturgi, pengajaran dan konsultasi spiritual.

Ordo Pewarta (OP)

Ordo Pewarta – Ordo Praedicatorum – Ordo of Preachers, juga sering dikenal dengan nama Ordo Dominikan. Didirikan oleh Santo Dominikus de Guzman, di Perancis tahun 1216. Ordo ini didirikan dengan maksud memberantas ajaran sesat Albigens yang berkembang pesat di Eropa. Ajaran ini percaya akan adanya dua Tuhan: yang baik dan yang jahat. Ajaran ini menyebarkan kebencian akan materi dan juga sakramen. Materi dipandang sebagai sesuatu yang jahat dan berasal dari setan. Dengan pemikiran ini, para pemimpin mereka sungguh hidup bermati raga dan para pengikutnya diajar untuk menyiksa diri sendiri bahkan sampai mati. Bertolak belakang dengan para pemimpin Gereja saat itu yang kebanyakan hidup dalam kemewahan. Aliran sesat ini menarik simpati banyak rakyat kecil di Eropa. Kelompok ini semakin sulit diberantas karena pada saat itu, para Imam belum biasa berkotbah. Kotbah hanya diperbolehkan bagi para Uskup yang tentu jumlahnya terbatas.

Tergerak oleh keadaan Gereja saat itu, dan ditantang oleh kegagalan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh banyak Imam, Dominikus berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang baru, yakni membentuk kelompok imam yang boleh berkotbah di mana saja. Ia memandang perlu adanya para pengkotbah yang dipersiapkan dengan baik, disiplin dan mau hidup sederhana. Para Imam Dominikan diharapkan bisa menjadi pengkotbah yang dapat pergi kemanapun mereka dibutuhkan. Sejak awal, mereka berjuang untuk menyebarkan Sabda Kebenaran di tempat-tempat berbahaya dan penuh tantangan. Mereka juga diutus untuk menjawab tantangan hidup studi yang berkembang pesat di Eropa dengan bertumbuhnya universitas-universitas baru. Sejak awal didirikan, para imam Dominikan mengajar di berbagai pusat pendidikan di Eropa seperti Sorbonne, Oxford, Toulouse, Bologna, dll. Dalam usaha awal mengumpulkan para pengikut, terlebih dahulu Dominikus mendirikan biara untuk para suster pertapa, yang kebanyakan anggotanya adalah mereka yang ditobatkan dari ajaran sesat Albigens. Ia percaya bahwa melalui teladan dan doa terus menerus dari para kelompok suster ini akan lebih menolong misi pewartaan Sabda seperti yang dicita-citakannya.

Persaudaraan Pewarta
Hidup dalam persaudaraan sejati, “sehati dan sepikiran menuju Allah”, adalah tujan pertama hidup komunitas pengkotbah. Seperti komunitas para Rasul, komunitas pengkotbah berusaha menemukan Allah yang menang atas dosa dan maut secara bersama mewartakan kabar gembira ini pada umat-Nya. Hidup seorang Dominikan dikonsekrasikan untuk “berbicara dengan dan tentang Tuhan”. Oleh karena itu doa dan pewartaan bersama adalah bagian hidup sehari-hari seorang Dominikan. Dalam persaudaraan pengkotbah ini kasih Allah menjadi nyata, dan hal ini memperkuat komitmen untuk terus melayani Allah secara selibat. Hidup komunitas juga penting dalam usaha mencari kebenaran – yang adalah Allah sendiri – lewat studi. Studi menjadi kegiatan bersama, di mana tiap anggota yakin bahwa tidak ada seorangpun yang mempunyai monopoli atas kebenaran. Setiap anggota selalu dapat memberikan pencerahan pada yang lain. Karena itu, hidup Ordo selalu dibangun atas dasar musyawarah untuk mencari kebenaran bersama (Veritas).

Santo Dominikus juga melihat studi sebagai suatu bentuk spiritualitas. Sejak awal ia mengirimkan para pengikutnya yang pertama ke pusat-pusat studi Eropa untuk mewartakan Sabda sekaligus menimba ilmu. Ia mewajibkan para pengikutnya terus menerus mempelajari, mendalami dan mengimani Sabda. Hal ini dihidupi secara serius oleh para pengikutnya seperti Santo Tomas Aquinas, sebagai Doktor Gereja yang ajarannya selalu memperkaya refleksi teologi, Santo Raymundus Penyafort, pelindung para ahli hukum Gereja atau Santo Pius V, Paus yang mengemban tugas Konsili Trente. Di abad 20 ini, Ordo Dominikan melahirkan pemikir-pemikir Gereja yang memberi wawasan baru dalam hidup menggereja, seperti JM. Langrange yang mendirikan pusat studi Kitab Suci di Yerusalem, Anawati yang mempelopori dialog dengan Islam, atau Yves Congar yang menekankan pentingnya Roh Kudus dan peranan awan dalam Gereja.

Dalam perkembangan selanjutnya, spiritualitas studi ini dihidupi oleh para Dominikan (imam, bruder, suster kontemplatif / aktif dan awam) dengan cara yang lebih beragam. Selain menekankan pentingnya memperdalam ilmu-ilmu gerejawi, mereka juga terlibat dalam disiplin ilmu lainnya. Bidang sosial-politik diperkaya oleh kehadiran Bartolomeus de las Casas, yang menjad tokoh pembebasan perbudakan orang-orang Indian di Amerika Latin. Jejak mereka saat ini diikuti oleh banyak anggota Ordo lainnya termasuk Bapak Teologi Pembebasan, Gustavo Gutiérrez. Bidang ilmu pengetahuan alam diperkaya oleh kehadiran Santo Albertus Agung, ahli biologi dan zoologi yang kemudian diangkat sebagai santo pelindung para ahli ilmu pengetahuan alam. Dominikan juga bekerja dalam bidang kesenian. Beato Angelico, misalnya, adalah pelukis abad pertengahan yang karyanya masih dikagumi banyak seniman sampai saat ini. Tak ketinggalan pula Santa Katarina dari Siena, seorang mistikus dan reformer yang menyatukan Gereja. Seorang Dominikan, dengan demikian, diharapkan mampu menerapkan dan melihat relevansi Sabda dalam berbagai aspek kehidupan.

Santo Dominikus mendapat julukan, saudara yang selalu gembira. Walaupun ia mengalami tantangan yang amat banyak dengan nyawanya yang terancam, ia tetap penuh pengharapan. Ia demikian, karena melalui doa dan studinya, ia menemukan Allah bekerja secara nyata dalam hidup manusia. Doa dan studi menjadi mata air pengharapan dan kegembiraan baginya dan anggota Ordo.

Persaudaraan Pewarta yang dibangun dalam doa dan studi akhirnya harus mampu membuat seorang Dominikan menjadi pelayan umat Allah yang efektif. Ia diharapkan untuk terus “berkontemplasi dan membagikan buah kontemplasinya” (Contemplari et contemplata aliis tradere) inilah inti pewartaan Dominikan. Doa dan studi tidak boleh hanya berhenti demi keselamatan jiwa pribadi, tapi harus menjadi awal penyelamatan banyak jiwa. Oleh karena itu, hidup seorang Dominikan dikonsekrasikan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Ia harus mampu dan siap kemanapun diutus. Saat ini Dominikan hadir di 104 negara, yang terdiri dari kurang lebih para imam – 10.000, suster kontemplatif – 7000, Suster aktif – 51.000, dan Dominikan awam – 74.385